Jaring laba-laba adalah Perangkap Paling Kejam Di Dunia Jaring laba-laba adalah Perangkap Paling Kejam Di Dunia

Jaring laba-laba adalah Perangkap Paling Kejam Di Dunia

Perangkap Paling Kejam Di Dunia

Mangsa yang tertangkap dalam sebuah jaring laba-laba tidak bisa berkutik sama sekali. Perangkap ini dipersiapkan sedemikian piawainya sehingga setiap gerakan korban untuk lolos mengakibatkan hilangnya elastisitas benang dan semakin mempererat jeratan pada mangsa. Sejalan dengan waktu, dan setelah korban kehabisan tenaganya, jaring menjadi semakin kuat dan semakin tegang dari sebelumnya. Laba-laba yang mengawasi perjuangan sia-sia ini, dari salah satu sudut jaring, dengan mudah dapat membunuh mangsanya yang telah lunglai.

Ketika serangga yang terperangkap berusaha lolos, seseorang bisa saja menduga bahwa jaringnya akan rusak dan korban akan lolos dari perangkap. Namun yang terjadi malah sebaliknya. Jaring tersebut menjadi semakin kuat dan sama sekali membuat serangga mati kutu. Bagaimana jaring laba-laba bisa menjadi lebih kuat ketika korban berusaha untuk lolos?

Jawabannya muncul saat kita memeriksa struktur jaringannya. Benang-benang penangkap berubah bentuk karena kelembaban udara. Perubahan ini terjadi sebagai berikut. Benang spiral laba-laba taman terbentuk dari menyatunya dua serat berlapis-cairan. Cairan lengket ini dibuat dalam kelenjar yang berbeda dari kelenjar penghasil serat. Benang sutera yang keluar dari kelenjar serat secara sinambung dilapisi bahan lengket ini. Sumber bahan perekat ini adalah glikoprotein yang dikandungnya. Lebih jauh lagi, 80 persen bahan ini adalah bahan ekonomis, yakni air. Science et Vie, L'économie de la toile d'araignée, January 1999, No.976, p.30
Ketika bertemu dengan air di udara, cairan lengket ini terurai menjadi butiran-butiran kecil yang melekat ke benang. Pengerutan dan peregangan benang lengket secara cepat dan berulang akan membengkokkan dan meluruskan serat-serat inti dalam butiran-butiran ini. Karenanya, keseluruhan sistem serat-inti dan pelapis selalu dalam keadaan tertarik, dan membuat benang lengket ini tetap tegang. Energi dari hentakan angin atau dari gerakan serangga tidak hanya diserap sutera saja, melainkan oleh keseluruhan sistem tersebut.

Serat-serat inti memberikan andil juga dalam keseluruhan proses di atas. Seperti halnya karet yang diperkuat, serat-serat ini terplastisasi dan mendapat manfaat langsung dari elastisitas entropik yang bergantung pada temperatur. Karena energi kinetik dari mangsa sebagian besar berubah menjadi panas, benang-benang menjadi hangat. Pemanasan ini meningkatkan entropi, dan karenanya serat-serat inti menjadi semakin kuat. Energi yang diserap dari mangsa benar-benar memperkuat benang penangkap, dan hal ini terjadi karena kepandaian laba-laba dalam menggunakan pelapisan encer.( Scientific American, Spider Webs and Silks, March 1992, p. 74) Dari segi ini, jaring laba-laba merupakan perangkap paling kejam yang ada di alam.

Anda mungkin bertanya, apakah keistimewaan-keistimewaan ini terdapat pula pada benang-benang sutera lain. Apa yang terjadi jika memang demikian halnya? Misalnya, apa yang terjadi jika benang penahan-beban memiliki kapasitas regang yang sama? Tentunya akan sangat sukar bagi laba-laba untuk membawa dirinya dan mangsanya. Berbeda dari benang-benang penangkap, sutera penahan-beban yang membentuk kerangka jaring laba-laba dilapisi zat kimia lain yang melindunginya dari air, karena benang ini tidak harus seelastis benang lengket.

Seperti telah kita lihat, laba-laba membuat zat pelapis yang berbeda untuk fungsi dan konstruksi sutera yang berbeda. Lalu, bagaimana laba-laba dapat mengetahui ragam efek fisika dan efek kimia dari zat pelapis ini? Berpegang teguh dengan pendapat bahwa laba-laba telah terlatih, atau belajar dari pengalaman, atau terjadi karena kebetulan sungguh jauh dari akal sehat.

Sedikit pemikiran saja sudah cukup untuk mendapatkan jawaban yang benar. Agar laba-laba bisa merencanakan semua ini, maka ia harus mempelajari semua struktur-struktur molekul, serta mekanisme kimia yang menyebabkan pemadatan benda cair seperti yang telah kami uraikan di atas. Setelah mempelajari semua itu, ia harus mengambil keputusan untuk memproduksinya. Setelah keputusan itu diambil, ia harus melakukan perubahan pada tubuhnya dan menyusun sistem-sistem untuk membuat semua produk tersebut.

Tentu saja yang demikian itu hanya skenario khayal belaka. Seperti telah kita lihat, perencanaan tubuh laba-laba yang demikian sempurna dan perilakunya yang memiliki tujuan, tidak dapat dijelaskan dengan peristiwa apapun di alam, atau dengan kekuatan apapun. Dan semua orang yang berakal sehat dapat melihat bahwa laba-laba tak akan mampu melakukan sendiri semua itu bagi dirinya. Karenanya, mustahil menjelaskan perilaku laba-laba dan struktur fisiknya, dengan istilah perubahan-perubahan yang bertahap sejalan dengan waktu, atau dengan proses evolusioner lainnya.

Semua mahluk hidup di alam memiliki karakteristik yang serupa, atau bahkan lebih rumit, dibanding laba-laba. Mempelajari salah satunya saja akan cukup untuk meyakinkan adanya rencana nyata dalam mahluk-mahluk ini. Sangat jelas ada suatu kekuatan yang menguasai mereka. Rencana fisiknya, juga perilakunya membuktikan bahwa mahluk-mahluk hidup ini dibuat oleh Sang Pencipta, yakni Tuhan. Kecerdasan saja tidak akan memadai untuk bisa melihat hal ini. Tuhan, Penguasa seluruh dunia telah menyatakan fakta ini kepada manusia dalam ayatNya, '(Dia lah) Penguasa Timur dan Barat dan segala yang ada di antaranya. Jika saja kamu menggunakan akalmu.' (Surat Asy-Syuara:28)